Saturday, January 5, 2008

VJ#16/I/2008 : Sekali Berarti Sudah Itu Mati….. : Kreativitas Chairil Anwar


AKU

Kalau sampai waktuku

‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu

Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang

Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku

Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari

Berlari

Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi


“Aku mau hidup seribu tahun lagi”, tulis salah seorang seniman besar Indonesia dalam sajak yang berjudul “Aku” pada tahun 1943, ketika ia berumur 20 tahun. Siapakah seniman tersebut?

Seniman tersebut bernama Chairil Anwar. Seorang seniman yang bagi sebagian besar orang yang menekuni dunia sastra dianggap sangat mewakili ciri-ciri seniman, yaitu tidak memiliki pekerjaan tetap, suka keluyuran, jorok, selalu kekurangan uang, penyakitan, dan tingkah lakunya menjengkelkan. Sejumlah anekdot telah lahir dari ciri-ciri tersebut. Tampaknya masyarakat menganggap bahwa seniman tidak berminat mengurus jasmaninya, dan lebih sering tergoda oleh khayalannya. Lepas dari benar tidaknya gambaran mengenai penyair ini, sebenarnya penggambaran itu sendiri membuktikan adanya sikap mendua terhadap seniman dalam masyarakat. Ia dikagumi sekaligus diejek. Keinginan untuk menjalani hidup dengan cara tersendiri itulah, yang sering tidak sesuai dengan masyarakat umum, yang menyebabkan kebanyakan orang sulit memahami sikapnya. Bagaimanapun, Chairil Anwar tampil lebih menonjol sebagai sosok yang penuh semangat hidup dan sosok kepahlawanan. Salah satu bukti yang dapat diajukan untuk membuktikan bahwa dia adalah salah seorang penyair yang memperhatikan kepentingan sosial dan politik bangsa adalah dengan adanya sebuah puisi yang sangat terkenal yang berjudul “Krawang-Bekasi”. Hal inilah yang membuat saya memilih dia sebagai salah seorang tokoh yang kreatif.

Definisi Kreativitas :

Kreativitas adalah kemampuan untuk berpikir baru dan cara yang tidak biasa serta menghasilkan solusi yang unik untuk memecahkan suatu masalah (Santorock, 2002). Pengertian kreativitas yang lain juga diutarakan oleh S.C. Utami Munandar (1999) sebagai :

  1. kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada.
  2. kemampuan menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah yang ditekankan kepada kuantitas, ketepat gunaan dan keragaman jawaban.
  3. kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasikan ( mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan . (Munandar, S.C.U., 1977)

Termasuk juga dalam kreativitas cirri aptitude dan nonaptitude (Williams, 1977) :

  1. Ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif (aptitude)
    1. Ketrampilan berpikir lancar : ia mampu mencetuskan banyak ide, yang mayoritas dituangkan ke dalam sajak-sajak dan puisi-puisinya
    2. Fleksibel
    3. Orisinal : semua sajak-sajak dan puisi-puisinya adalah buah asli pikirannya
    4. Mengelaborasi
    5. Mengevaluasi : ia dapat memberikan pertimbangan akan masalah-masalah yang terjadi pada zaman ia hidup, yaitu ketika keadaan politik negara sedang mengalami pergeseran
  2. Ciri-ciri afektif (nonaptitude)
    1. Rasa ingin tahu
    2. Imajinatif : dalam pembuatan sajak dan puisinya ia menggunakan imajinasinya.
    3. Merasa tertantang oleh kemajemukan
    4. Sifat berani mengambil resiko : ia berani terang-terangan mengakui bahwa ia adalah pendukung Bung Karno, dengan mengatakan bahwa ia merasa dirinya dan Bung Karno adalah “satu zat satu urat”, meskipun pada saat itu banyak orang yang ingin menyingkirkan Bung Karno dari bidang perpolitikan
    5. Sifat menghargai : Ia menghargai kehidupan dan lingkungannya dengan cara yang berbeda pada umumnya, yaitu dengan menuangkannya pada sajak dan puisinya.

Melihat penjelasan di atas, maka dapat dikatakan bahwa Chairil Anwar adalah termasuk seorang yang kreatif. Pembuktian lain adalah sebuah teori yang diajukan oleh Meichen baum tahun 1975, yang mengatakan bahwa kreativitas mampu merangsang manusia untuk berpikir berbeda dari biasanya. Hal ini dilakukan oleh Chairil Anwar, yaitu ia tidak pernah menyatakan “perjuangannya” dan keterlibatannya dalam bidang politik secara “blak-blakan”, seperti layaknya para pejuang politik, melainkan ia melakukannya dengan cara yang lebih halus, yaitu dengan menciptakan sebuah sajak atau pusi yang isinya sarat dengan ajakan perjuangan.

Untuk lebih menguatkan pendapat di atas maka dapat diajukan pula teori dari seorang tokoh, yaitu Abraham Harold Maslow, yang disebut teori hirarki kebutuhan. Dalam teori ini ia mengatakan bahwa ada lima macam kebutuhan manusia yang berjenjang ke atas, seperti spiral yang semakin melebar ke atas dimana kebutuhan yang lebih tinggi akan timbul jika kebutuhan yang lebih rendah terpenuhi.

Lima hirarki kebutuhan (dari tingkat yang paling bawah) itu adalah sebagai berikut:

  1. Kebutuhan fisiologis, seperti kebutuhan akan makan, minum, udara, dan sebagainya. Kebutuhan ini juga dinamakan kebutuhan dasar (basic needs) yang jika tidak dipenuhi dalam keadaan yang sangat ekstrim, manusia yang bersangkutan dapat kehilangan kendali atas perilakunya. Jika kebutuhan ini rlatif sudah tercukupi, maka muncullah kebutuhan yang lebih tinggi.
  2. Kebutuhan akan rasa aman (safety needs) berhubungan dengan jaminan keamanan, stabilitas, perlindungan, bebas dari rasa takut dan cemas, dan sebagainya.
  3. Kebutuhan untuk dimiliki dan dicintai (belongingness and love needs). Bentuknya dapat berupa keinginan untuk mencintai dan dicintai, memiliki kelompok, dan menjadi bagian dari sebuah keluarga, dan sebagainya.
  4. Kebutuhan akan harga diri (esteem needs) yang terdiri dari dua macam yaitu pertama, kebutuhan akan kekuatan, penguasaan, kompetensi, percaya diri dan kemandirian; kedua, kebutuhan akan penghargaan dari orang lain seperti status dan jabatan.

5. Kebutuhan tertinggi adalah kebutuhan untuk aktualisasi diri (need for self-actualization) yaitu kebutuhan untuk menunjukkan diri pada orang lain.

Chairil Anwar adalah termasuk orang yang sudah mengaktualisasikan dirinya. Ini terbukti dengan banyak dari karyanya yang menjadi terkenal. Tidak hanya di kalangan orang-orang yang menggemari sastra, tetapi juga masyarakat awam.

Akan tetapi, tidak ada hasil kerja manusia yang sempurna. Sebagian besar karya Chairil Anwar mungkin sudah merupakan masa lampau, yang tidak cukup pantas diteladani para satrawan sesudahnya. Namun, beberapa sajaknya yang terbaik menunjukkan bahwa dia telah bergerak begitu cepat ke depan, sehingga bagi penyair masa kini, taraf sajak-sajaknya tersebut bukan merupakan masa lampau tetapi masa depan, yang mungkin hanya bisa dicapai dengan bakat, semangat, dan kecerdasan yang tinggi.

Sumber :

Sumber :

-Munandar, S.C. Utami. 1999. Mengembangakan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah : Petunjuk bagi Para Guru dan Orang Tua. Ed. Ke-3. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

-Santrock, John W. 2002. Life-Span Developmen.8th ed. New York : McGraw Hill

-Shebilske, Wayne & Stephen Worchel. 1995. Principles and Applications Psychology. 5th ed. New Jersey : Prentice Hall.

- Enesek, Pamusuk. 2000. Chairil Anwar: Aku Ini Binatang Jalang. Jakarta: PT. Sun.



No comments: