Wednesday, December 26, 2007

VJ#15/XII/2007 : Analisis Kepribadian Kenji Goh dengan Teori Jung

Post ini, dan juga post sebelumnya, adalah tulisan yang saya buat untuk memenuhi salah satu mata kuliah saat kuliah S1. Sengaja saya post di Verdi's Journals untuk membaginya dengan para pembaca (terlepas apakah analisis saya salah atau benar). Tokoh yang dianalisis adalah Kenji Goh, seorang tokoh rekaan dari komik terkenal Jepang berjudul Kenji, dengan menggunakan teori Carl G. Jung.

RIWAYAT HIDUP TOKOH

Kenji Goh adalah seorang remaja Jepang yang sejak kecil sangat menyukai kungfu yang berasal dari Cina. Kesukaannya ini ditularkan oleh kakeknya yang seorang ahli kungfu yang terkenal dengan aliran “kungfu delapan mata angin”. Alasan kakeknya menurunkan ilmu kungfu tersebut kepada Kenji adalah karena ia mau Kenji tumbuh menjadi seorang pemuda yang kuat, pemberani, jujur, dan tidak cengeng. Oleh karena itu, dalam mengajarkan kungfu, ia tidak hanya sekedar mengajarkan gerakan-gerakan atau kuda-kuda untuk berkelahi, tetapi juga mengajarkan berbagai sifat yang harus dimiliki oleh seseorang bila ingin menjadi seorang pendekar kungfu sejati.

Kesukaan Kenji akan kungfu ini awalnya tidak didukung oleh kedua orangtuanya, khususnya sang ibu. Selain karena mereka beranggapan bahwa zaman sekarang adalah zaman pendidikan, mereka juga beranggapan bahwa kungfu adalah sesuatu yang tidak berguna dan hanya mendatangkan kesulitan dan kekerasan. Pendapat mereka tersebut seakan-akan diperkuat dengan semakin seringnya Kenji mendapat masalah sejak ia belajar kungfu. Masalah pertama muncul ketika Kenji kecil menghajar Koh, teman sekolahnya yang terkenal dengan kenakalannya. Kenji saat itu merasa kesal karena ia memandang bahwa tingkah laku Koh yang sering mengganggu teman-teman lainnya yang lebih lemah, sudah sangat keterlaluan. Kejadian itu membuat orangtua Kenji harus berhadapan dengan pihak sekolah dan pihak orangtua Koh.

Sejak kejadian itu, orangtua Kenji semakin melarangnya untuk belajar kungfu, yang memaksa Kenji harus melupakan kungfu untuk sejenak dan kembali ke jalurnya sebagai seorang anak yang harus turut kepada perintah orangtua. Hal ini diperkuat dengan perginya sang kakek, yang merupakan guru kungfunya, untuk mengelana ke tempat yang dirahasiakan. Ketika beranjak remaja, masalah tetap seperti tidak mau pergi dari kehidupan Kenji. Puncaknya adalah ketika ia terlibat dalam perang antar “geng”, yang mengakibatkan ia di skors dari sekolahnya selama waktu yang tidak ditentukan. Semenjak kejadian ini, orangtua Kenji menjadi menyerah untuk membuat Kenji belajar kungfu, karena merasa bahwa kungfu sudah menjadi jalan kehidupan dari anak mereka.

Untuk mengisi waktu skorsnya tersebut, Kenji memutuskan untuk mengelana dengan tujuan mencari kakeknya yang sudah bertahun-tahun tidak memberi kabar. Dalam perjalanannya tersebut, Kenji melewati banyak negara, seperti Taiwan, Cina, dan Hong Kong, dimana ia mengalami banyak kejadian yang penuh dengan pelajaran sehingga membuatnya semakin dewasa dan matang dalam menghadapi kehidupan. Selain itu, ilmu kungfu Kenji juga semakin matang, karena ia menemui banyak ahli kungfu dengan berbagai macam aliran yang dengan senang hati mengajarkan ilmu mereka tersebut kepada Kenji.

Setelah cukup lama Kenji berkelana dan telah berhasil menemukan kakeknya, ia pun kembali ke negara kelahirannya, Jepang. Semenjak ia kembali, teman-temannya merasa bahwa Kenji bertingkah laku aneh dan tidak seperti biasanya. Setelah ditelusuri, ternyata Kenji merasa bahwa ada sesuatu yang kurang dalam dirinya. Kenji menyadari bahwa setelah berkelana ia mendapatkan banyak hal, seperti ilmu kungfu yang menjadikan ia seorang pendekar yang hebat dan juga berbagai pelajaran hidup, tetapi ia tetap merasa ada yang kurang lengkap. Sang kakek menyadarkan Kenji bahwa selama ini ia akan lupa satu hal, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan spiritual. Dengan bantuan sang kakek, Kenji akhirnya merasa dirinya telah lengkap dengan menyadari bahwa tidak peduli hebatnya seseorang, ia tetaplah seorang makhluk yang sangat kecil dihadapan penciptanya.


ANALISIS TOKOH

Dalam serial komik Kenji, digambarkan dengan jelas bahwa tokoh-tokohnya memiliki katakter dan sifat khasnya masing-masing. Dalam komik ini, Kenji Goh digambarkan sebagai seorang yang cerdas, mudah bersosialisasi, ramah, pemberani, jujur, dan tidak suka apabila melihat suatu kejahatan dibiarkan begitu saja. Dalam hubungannya dengan kedua orang tuanya, setelah Kenji merasa bahwa ia telah sering menyusahkan orang tuanya, Kenji lebih bersifat mengalah dan berusaha untuk menyenangkan mereka, walaupun hal tersebut harus dilakukan dengan cara meninggalkan kecintaannya terhadap kungfu

Menurut teori Psikoanalisa dari Jung, Kenjii termasuk tipe orang dengan sikap extravert dengan fungsi intuiting yang dominan, yaitu orang-orang yang selalu mencari sesuatu yang baru. Mereka tidak dapat bertahan pada satu ide atau lingkungan karena sesuatu yang baru adalah tujuan hidup mereka. Hal ini dicerminkan dengan sifat Kenji yang tidak puas hanya dengan satu ilmu kungfu. Segala hal yang ia anggap dapat memperkaya ilmu bela dirinya, maka ia akan berusaha keras untuk menguasainya. Ini dibuktikan dengan salah satu cerita dimana Kenji berusaha untuk menguasai karate dan tinju demi memuaskan kehausannya akan bela diri. Hal lain yang cukup mendukung teori di atas adalah saat Kenji memutuskan untuk berkelana dengan tujuan mencari kakeknya. Ia berpikir bahwa dengan berkelana maka ia tidak akan terjebak dalam satu lingkungan dan dapat melihat berbagai lingkungan lain yang selama ini belum pernah ia temui.

Kadang Kenji menggunakan persona nya untuk menutupi sifat dasarnya karena tuntutan lingkungan. Pada suatu episode Kenji memutuskan untuk meninggalkan kungfu dan mulai mengikuti keinginan dari kedua orang tuanya. Keputusan tersebut diawali oleh sebuah kejadian dimana ia menyadari bahwa akibat dari keras kepalanya untuk tidak meninggalkan kungfu, ia telah menyusahkan orang tuanya. Orangtua Kenji beranggapan bahwa telah banyak hal yang dikorbankan demi kungfu, salah satunya adalah hilangnya kesempatan Kenji untuk bersekolah di sekolah unggulan karena ia berkelahi dengan “geng” setempat. Oleh karena itulah, Kenji berusaha menutupi sifat dasarnya sebagai seorang anak yang tidak menyukai kehidupan yang statis dan menyukai pengalaman-pengalaman unik yang ia dapatkan dari belajar kungfu dan mulai berusaha memenuhi tuntutan orangtuanya untuk menjadi pelajar yang baik.

Hal tersebut juga dapat disimpulkan bahwa Kenji melakukan repression terhadap pengalaman masa lalu, dimana ia mengalami masa-masa yang menyenangkan ketika ia belajar kungfu dengan berbagai kejadian yang mengikutinya.. Ia me-repress rasa cintanya pada kungfu karena ia ingin membuktikan kepada orangtuanya bahwa ia adalah seorang anak yang baik dan taat kepada perintah mereka

Walaupun Kenji belum mencapai tahap perkembangan middle age dari Jung, tetapi Kenji dapat dikatakan telah mencapai individuation. Kenji melakukan individuation dengan melepaskan diri dari orang tua yang selama ini tidak mendukungnya dalam mempelajari kungfu dan memutuskan untuk berkelana demi menemukan seperti apa dirinya yang sebenarnya. Walaupun Kenji sempat berusaha untuk menuruti keinginan orangtuanya untuk belajar dengan baik, ia akhirnya lebih memilih untuk mengembangkan ilmu kungfunya dengan berguru pada ahli-ahli kungfu di penjuru dunia. Ia terus mengembangkan kepribadiannya dengan mengoptimalkan seluruh struktur dari kepribadiannya. Dalam serial terakhir, tampak jelas individuation dari kebutuhan material ke kebutuhan spiritual pada diri Kenji, yaitu dengan adanya ajaran sang kakek untuk tidak pernah berpuas diri dan selalu ingat kepada Sang Pencipta.

Transcendent function juga telah dilakukan oleh Kenji, ia dapat mengolah segala kecenderungan yang ia miliki dan saling berlawanan menjadi kesatuan yang ideal. Hal ini diperlihatkan dalam sifat Kenji yang sebenarnya tidak menyukai kekerasan tetapi juga merasa tidak senang apabila ada suatu kejahatan dibiarkan begitu saja. Sifat yang berlawanan tersebut dapat ia wujudkan menjadi satu kesatuan yang ideal dengan mendalami kungfu. Kungfu mengajari Kenji bahwa seorang pendekar kungfu sejati akan berusaha sekuat tenaga untuk menghindari penggunaan kekerasan dalam menghadapi suatu masalah dan juga berusaha untuk memilih jalan yang lebih baik. Transcendent function ini dilakukan oleh Kenji dengan tujuan untuk realisasi dan aktualisasi dari aspek yang tersembunyi dalam ketidaksadarannya. Rasa cintanya akan kungfu yang teramat besar membuat ia berani mengambil resiko untuk meninggalkan negara dan orangtuanya demi memenuhi kecintaannya tersebut.


Kesukaan Kenji akan kungfu ini awalnya tidak didukung oleh kedua orangtuanya, khususnya sang ibu. Selain karena mereka beranggapan bahwa zaman sekarang adalah zaman pendidikan, mereka juga beranggapan bahwa kungfu adalah sesuatu yang tidak berguna dan hanya mendatangkan kesulitan dan kekerasan. Pendapat mereka tersebut seakan-akan diperkuat dengan semakin seringnya Kenji mendapat masalah sejak ia belajar kungfu. Masalah pertama muncul ketika Kenji kecil menghajar Koh, teman sekolahnya yang terkenal dengan kenakalannya. Kenji saat itu merasa kesal karena ia memandang bahwa tingkah laku Koh yang sering mengganggu teman-teman lainnya yang lebih lemah, sudah sangat keterlaluan. Kejadian itu membuat orangtua Kenji harus berhadapan dengan pihak sekolah dan pihak orangtua Koh.

Sejak kejadian itu, orangtua Kenji semakin melarangnya untuk belajar kungfu, yang memaksa Kenji harus melupakan kungfu untuk sejenak dan kembali ke jalurnya sebagai seorang anak yang harus turut kepada perintah orangtua. Hal ini diperkuat dengan perginya sang kakek, yang merupakan guru kungfunya, untuk mengelana ke tempat yang dirahasiakan. Ketika beranjak remaja, masalah tetap seperti tidak mau pergi dari kehidupan Kenji. Puncaknya adalah ketika ia terlibat dalam perang antar “geng”, yang mengakibatkan ia di skors dari sekolahnya selama waktu yang tidak ditentukan. Semenjak kejadian ini, orangtua Kenji menjadi menyerah untuk membuat Kenji belajar kungfu, karena merasa bahwa kungfu sudah menjadi jalan kehidupan dari anak mereka.

Untuk mengisi waktu skorsnya tersebut, Kenji memutuskan untuk mengelana dengan tujuan mencari kakeknya yang sudah bertahun-tahun tidak memberi kabar. Dalam perjalanannya tersebut, Kenji melewati banyak negara, seperti Taiwan, Cina, dan Hong Kong, dimana ia mengalami banyak kejadian yang penuh dengan pelajaran sehingga membuatnya semakin dewasa dan matang dalam menghadapi kehidupan. Selain itu, ilmu kungfu Kenji juga semakin matang, karena ia menemui banyak ahli kungfu dengan berbagai macam aliran yang dengan senang hati mengajarkan ilmu mereka tersebut kepada Kenji.

Setelah cukup lama Kenji berkelana dan telah berhasil menemukan kakeknya, ia pun kembali ke negara kelahirannya, Jepang. Semenjak ia kembali, teman-temannya merasa bahwa Kenji bertingkah laku aneh dan tidak seperti biasanya. Setelah ditelusuri, ternyata Kenji merasa bahwa ada sesuatu yang kurang dalam dirinya. Kenji menyadari bahwa setelah berkelana ia mendapatkan banyak hal, seperti ilmu kungfu yang menjadikan ia seorang pendekar yang hebat dan juga berbagai pelajaran hidup, tetapi ia tetap merasa ada yang kurang lengkap. Sang kakek menyadarkan Kenji bahwa selama ini ia akan lupa satu hal, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan spiritual. Dengan bantuan sang kakek, Kenji akhirnya merasa dirinya telah lengkap dengan menyadari bahwa tidak peduli hebatnya seseorang, ia tetaplah seorang makhluk yang sangat kecil dihadapan penciptanya.

1 comment:

Anonymous said...

ya Allaaaah.....

hebat hebat!
sampe bingung kudu komentar apa.
jadi inget tugas kuliah dulu.

kalo ngbaca tulisan loe ini, gue berasa tugas kuliah gue dulu ga ada apa-apanya! hahaha