Saturday, December 16, 2006

VJ # 3/XII/2006 : "Religiusitas (re-post)"

Gue mau nanya sesuatu ama lo semua para pembaca setia blogs gue. “ Apakah lo semua udah merasa sebagai seorang yang religius?”
(FYI, pertanyaan di atas tidak berlaku buat seorang God-apathis, atheist, atau seorang hypocrite). Apapun jawaban lo semua terhadap pertanyaan di atas, lo mesti simak hasil penelitian yang telah gue buat beberapa bulan belakangan ini.

Part 1.
Untuk disebut seorang yang religius, seseorang tidak cukup hanya dengan rajin melakukan ibadah. Tidak cukup hanya dengan meyakini bahwa Tuhan itu benar2 ADA. Tidak cukup hanya dengan mengetahui sejarah-sejarah dibalik latar belakang lahirnya perjalanan suatu agama. Tidak cukup hanya dengan mengaku bahwa lo punya perasaan dekat dengan Tuhan. Dan yang pasti tidak cukup dengan beralasan bahwa dalam kehidupan sehari2 lo telah menjalankan perintah dan menjauhkan larangan Tuhan. Menurut Glock (dalam Paloutzian, 1996) untuk dapat mengetahui tingkat komitmen religius seseorang terhadap agamanya, maka diperlukan suatu variabel multidimensi untuk dapat memberikan gambaran seberapa baik komitmen religius muncul dalam diri seseorang. Kelima dimensi tersebut adalah dimensi keyakinan, pengetahuan, perasaan, ritual, dan konsekuensi sehari2.

Part 2.
Secara singkat dan padat akan gue jelasin satu per satu. Dimensi Keyakinan artinya lo yakin bahwa agama lo benar dan Tuhan itu benar adanya. Dimensi Pengetahuan artinya lo mengetahui dengan baik mengenai sejarah dan ilmu2 agama lo. Dimensi Perasaan artinya lo mempunyai ruh ketuhanan dan merasa kedekatan dengan Tuhan, Maha Pencipta Alam. Dimensi ritual artinya lo menjalankan ritual2 yang diperintahkan, baik wajib maupun tidak wajib. Dan dimensi konsekuensi artinya lo telah menjalankan perintah2 agama dengan baik dalam perilaku sehari2, contoh tidak mabuk, menjauhi judi, tidak berbuat mesum, dsb.

Part 3.
Dari penelitian yang gue lakukan, yang mengambil subjek Remaja Berjilbab yang Berpacaran, maka hasil yang gue dapet cukup unik. FYI, dalam agama gue, Islam, bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan muhrim {saudara) adalah FORBIDDEN. Dan biasanya, dalam pacaran kita melakukan sentuhan dengan pacar kita, yg notabene bukan muhrim. Oleh karena itu, beberapa orang berpendapat bahwa Islam melarang pacaran dan lebih menganjurkan pernikahan, walau sepengetahuan gue, tidak ada ayat Al-Quran yang menyinggung larangan pacaran. {correct me if im wrong}.
Oleh karena itu, gue mengambil subjek remaja jilbab yang pacaran. Di satu sisi ia memakai jilbab, suatu langkah luar biasa bagi remaja muslimah dewasa ini, namun di sisi lain ia berpacaran, hal yang ”terlarang”. Singkat cerita, penelitian tersebut memperlihatkan bahwa keempat subjek memperlihatkan adanya keyakinan terhadap agamanya, memperlihatkan adanya perasaan dekat dengan Tuhan, dan memperlihatkan bahwa mereka menjalankan ritual dengan cukup baik. Namun, mereka BELUM menampakkan pengetahuan yang baik tentang agamanya (alias masih dalam tahap belajar) dan BELUM menampakkan perintah agama dalam perilaku sehari2. Akan tetapi, mereka mengakui gak ada masalah dengan dirinya yang pacaran, karena menyadari masih dalam proses belajar. Selain itu, mereka mengaku bahwa amat menjaga diri selama pacaran. Means: No kiss, No holding hand, no Hughing, etc.

Part 4.
Dari paparan di atas, terlihat kenapa dewasa ini ada aja kejadian yg unik2. Mantan menteri agama ternyata korupsi. Ada orang yang rajin bgt sholat (buat yg muslim) namun tetep mabok2an or judi bola pas world cup. Ada orang yang gak pernah sholat tapi juga gak pernah buat maksiat. Oleh karena itu, JANGAN SEMBARANGAN dalam menjudge seseorang mengenai tingkat religiusnya karena religiusitas itu gak sesimple “Ada” or ”Tidak Ada”, melainkan terdiri dari variabel multidimensi. Nah, kalo lo kira2 bagus n gak bagus di dimensi mana??

Part 5.
Semoga tulisan ini bisa menjadi perbaikan buat kita semua,Amien

pS: mohon maaf apabila ada kata2 yang kurang berkenan di dalam tulisan di atas. Mohon kritik, saran, dan komentarnya!

Wassalam,

Arya Verdi R.

No comments: