Tulisan ini didedikasikan bagi pendidikan di Indonesia (menyambut MOS) :
Nostalgia SMA kita
Indah lucu banyak cerita
Masa-masa remaja ceria
Masa paling indah
Nostalgia SMA kita
Takkan hilang begitu saja
Walau kini kita berdua
Menyusuri cinta...
Dapatkah anda menyanyikan penggalan teks lagu di atas?. Apabila tidak, coba tanyakan kepada siapa saja yang melewati masa remaja di tahun 1990an, niscaya mereka tidak asing dengan penggalan teks lagu tersebut. Penggalan teks tersebut penulis ambil dari sebuah lagu yang berjudul “Nostalgia SMA Kita” yang sempat dipopulerkan oleh Paramitha Rusady. Teks tersebut sengaja penulis lampirkan sebagai pembuka dari artikel ini. Mengapa?Tidak lain karena penulis ingin mengingatkan kita semua pada sebuah ungkapan lama. Ungkapan yang, mungkin, selalu diucapkan ketika seseorang sedang mengenang kembali masa-masa remaja, terutama saat masih duduk di bangku sekolah. Ungkapan yang berbunyi “masa sma adalah masa-masa paling indah”. Masa dimana seseorang mengalami banyak pengalaman baru. Masa dimana seseorang sedang melewati masa remaja. Masa dimana seseorang dipenuhi oleh jiwa muda yang selalu ingin mencoba pengalaman baru. Masa dimana seseorang mulai belajar untuk memegang tanggung jawab. Dan, tentu saja, masa yang penuh cinta.
Dapatkah anda menyanyikan penggalan teks lagu di atas?. Apabila tidak, coba tanyakan kepada siapa saja yang melewati masa remaja di tahun 1990an, niscaya mereka tidak asing dengan penggalan teks lagu tersebut. Penggalan teks tersebut penulis ambil dari sebuah lagu yang berjudul “Nostalgia SMA Kita” yang sempat dipopulerkan oleh Paramitha Rusady. Teks tersebut sengaja penulis lampirkan sebagai pembuka dari artikel ini. Mengapa?Tidak lain karena penulis ingin mengingatkan kita semua pada sebuah ungkapan lama. Ungkapan yang, mungkin, selalu diucapkan ketika seseorang sedang mengenang kembali masa-masa remaja, terutama saat masih duduk di bangku sekolah. Ungkapan yang berbunyi “masa sma adalah masa-masa paling indah”. Masa dimana seseorang mengalami banyak pengalaman baru. Masa dimana seseorang sedang melewati masa remaja. Masa dimana seseorang dipenuhi oleh jiwa muda yang selalu ingin mencoba pengalaman baru. Masa dimana seseorang mulai belajar untuk memegang tanggung jawab. Dan, tentu saja, masa yang penuh cinta.
Salah satu kegiatan dalam sekolah yang memegang peranan penting bagi seorang siswa untuk mempunyai masa-masa sekolah yang indah, seperti lagu di atas, adalah MOS. MOS, kependekan dari masa orientasi sekolah, adalah suatu masa dimana siswa baru diberi kesempatan untuk memiliki masa orientasi (pembiasaan) untuk menyesuaikan diri dalam lingkungan sekolah yang baru bagi mereka. Pada masa-masa inilah seorang siswa baru memulai langkah awal mereka untuk memasuki dan beradaptasi pada suatu lingkungan baru, yang mungkin sama sekali lain dari lingkungan lamanya. Selain itu, MOS juga dapat berfungsi bagi seorang siswa baru untuk memenuhi salah satu dari tugas perkembangan remaja yang dikemukakan oleh Havighurst (dalam Hurlock 1973), yaitu untuk mengambil seperangkat nilai dan sistem etika yang terdapat di lingkungan barunya sebagai pemandu dalam bertingkah laku. Artinya dengan mengikuti MOS maka seorang siswa baru dapat mengetahui nilai-nilai apa saja yang dianut di lingkungan barunya tersebut untuk kemudian diimplementasikan dalam bentuk tingkah laku sehari-hari. Salah satu contoh bentuk nilai-nilai tersebut adalah tata tertib sekolah.
Untuk dapat mencapai tujuan MOS dengan baik, maka tentu saja para siswa baru tersebut membutuhkan peranan dari orang lain untuk membimbing mereka. Salah satu yang memegang peranan penting tersebut adalah kakak-kakak kelas mereka. Tingkah laku dan sikap kakak-kakak kelas yang ditampilkan selama MOS berlangsung dapat mempunyai pengaruh besar dalam proses adaptasi para siswa baru tersebut. Apabila siswa-siswa baru mempersepsikan bahwa tingkah laku dan sikap kakak-kakak kelas terhadap mereka cukup baik maka proses adaptasi dapat dilakukan dengan baik pula. Namun sebaliknya, apabila siswa-siswa baru tersebut mempersepsikan tingkah laku dan sikap kakak-kakak kelas terhadap mereka kurang baik, bahkan menjurus ke bullying maka penggalan teks Paramitha Rusady di atas mungkin tidak akan pernah terjadi dalam kehidupan mereka. Tidak akan ada masa-masa sekolah yang indah.
Apa itu Bullying?
Bullying adalah sebuah istilah dan isu yang telah mendapatkan perhatian serius selama kurang lebih 20 tahun belakangan ini. Bullying dapat terjadi di mana saja, bahkan di lingkungan sekolah sekalipun. Meskipun demikian, apabila kita berbicara mengenai bullying, maka akan ditemukan suatu kenyataan bahwa masih banyak siswa sekolah yang tidak memahami pengetian dan dampak yang dapat ditimbulkan dari bullying. Pada akhirnya, terdapat suatu fenomena dimana banyak siswa tidak menyadari apabila dirinya sedang menjadi pelaku, atau bahkan korban bullying. Untuk itu, langkah awal yang harus diambil adalah memahami terlebih dahulu pengetian dari bullying itu sendiri.
Bullying adalah sebuah istilah dan isu yang telah mendapatkan perhatian serius selama kurang lebih 20 tahun belakangan ini. Bullying dapat terjadi di mana saja, bahkan di lingkungan sekolah sekalipun. Meskipun demikian, apabila kita berbicara mengenai bullying, maka akan ditemukan suatu kenyataan bahwa masih banyak siswa sekolah yang tidak memahami pengetian dan dampak yang dapat ditimbulkan dari bullying. Pada akhirnya, terdapat suatu fenomena dimana banyak siswa tidak menyadari apabila dirinya sedang menjadi pelaku, atau bahkan korban bullying. Untuk itu, langkah awal yang harus diambil adalah memahami terlebih dahulu pengetian dari bullying itu sendiri.
Papalia, et. Al. (2004) menyatakan bahwa bullying adalah perilaku agresif yang disengaja dan berulang untuk menyerang target atau korban, yang secara khusus adalah seseorang yang lemah, mudah diejek dan tidak bisa membela diri. Sedangkan bila kita mengkhususkan bullying yang terjadi di lingkungan sekolah (school bulyying) maka dapat diambil sebuah pengertian yang diberikan oleh Riauskina, Djuwita, dan Soesetio (2005). Mereka mengartikan School bullying sebagai perilaku agresif yang dilakukan berulang-ulang oleh seorang/sekelompok siswa yang memiliki kekuasaan, terhadap siswa/siswi lain yang lebih lemah, dengan tujuan menyakiti orang tersebut.
Ada 5 kategori perilaku bullying tersebut, yaitu :
1. Kontak Fisik Langsung
Perilaku yang termasuk dalam kategori ini adalah memukul, mendorong, menggigit, menjambak, menendang, mengunci seseorang dalam ruangan, mencubit, mencakar, juga termasuk memeras dan merusak barang-barang yang dimiliki orang lain
1. Kontak Fisik Langsung
Perilaku yang termasuk dalam kategori ini adalah memukul, mendorong, menggigit, menjambak, menendang, mengunci seseorang dalam ruangan, mencubit, mencakar, juga termasuk memeras dan merusak barang-barang yang dimiliki orang lain
2. Kontak Verbal Langsung
Perilaku yang termasuk dalam kategori ini adalah seperti mengancam, mempermalukan, merendahkan, mengganggu, memberi panggilan nama (name-calling), sarkasme, merendahkan (put-downs), mencela/mengejek, mengintimidasi, memaki, menyebarkan gosip.
Perilaku yang termasuk dalam kategori ini adalah seperti mengancam, mempermalukan, merendahkan, mengganggu, memberi panggilan nama (name-calling), sarkasme, merendahkan (put-downs), mencela/mengejek, mengintimidasi, memaki, menyebarkan gosip.
3. Perilaku non-verbal langsung
Perilaku yang termasuk dalam kategori ini adalah seperti melihat dengan sinis, menjulurkan lidah, menampilkan ekspresi muka yang merendahkan, mengejek, atau mengancam; biasanya disertai oleh bullying fisik atau verbal.
Perilaku yang termasuk dalam kategori ini adalah seperti melihat dengan sinis, menjulurkan lidah, menampilkan ekspresi muka yang merendahkan, mengejek, atau mengancam; biasanya disertai oleh bullying fisik atau verbal.
4. Perilaku non-verbal tidak langsung
Perilaku yang termasuk dalam kategori ini adalah seperti mendiamkan seseorang, memanipulasi persahabatan sehingga menjadi retak, sengaja mengucilkan atau mengabaikan, mengirimkan surat kaleng.
Perilaku yang termasuk dalam kategori ini adalah seperti mendiamkan seseorang, memanipulasi persahabatan sehingga menjadi retak, sengaja mengucilkan atau mengabaikan, mengirimkan surat kaleng.
5. Pelecehan seksual
Perilaku yang termasuk dalam kategori ini adalah perilaku-perilaku yang dapat dikategorikan sebagai perilaku agresi fisik dan bisa juga verbal.
Mengapa Melakukan Bullying?
Mengapa sampai seorang siswa dapat melaku perilaku bullying terhadap siswa lain, yang seharusnya dapat menjadi teman sepermainan mereka?. Dalam penelitian Riauskina, Djuwita, dan Soesetio, (2005) disebutkan korban mempunyai persepsi bahwa pelaku melakukan bullying karena tradisi, balas dendam karena dia dulu diperlakukan sama (menurut korban laki-laki), ingin menunjukkan kekuasaan, marah karena korban tidak berperilaku sesuai dengan yang diharapkan, mendapatkan kepuasan (menurut korban perempuan), dan iri hati (menurut korban perempuan). Adapun korban juga mempersepsikan dirinya sendiri menjadi korban bullying karena penampilan yang menyolok, tidak berperilaku dengan sesuai, perilaku dianggap tidak sopan, dan tradisi.
Perilaku yang termasuk dalam kategori ini adalah perilaku-perilaku yang dapat dikategorikan sebagai perilaku agresi fisik dan bisa juga verbal.
Mengapa Melakukan Bullying?
Mengapa sampai seorang siswa dapat melaku perilaku bullying terhadap siswa lain, yang seharusnya dapat menjadi teman sepermainan mereka?. Dalam penelitian Riauskina, Djuwita, dan Soesetio, (2005) disebutkan korban mempunyai persepsi bahwa pelaku melakukan bullying karena tradisi, balas dendam karena dia dulu diperlakukan sama (menurut korban laki-laki), ingin menunjukkan kekuasaan, marah karena korban tidak berperilaku sesuai dengan yang diharapkan, mendapatkan kepuasan (menurut korban perempuan), dan iri hati (menurut korban perempuan). Adapun korban juga mempersepsikan dirinya sendiri menjadi korban bullying karena penampilan yang menyolok, tidak berperilaku dengan sesuai, perilaku dianggap tidak sopan, dan tradisi.
Apa Dampak dari Bullying?
Bullying mungkin merupakan bentuk agresivitas antarsiswa yang memiliki akibat paling negatif bagi korbannya. Hal tersebut disebabkan karena dalam peristiwa bullying terjadi ketidakseimbangan kekuasaan dimana para pelaku memiliki kekuasaan yang lebih besar sehingga korban merasa tidak berdaya untuk melawan mereka. Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa korban bullying akan cenderung mengalami berbagai macam gangguan yang meliputi kesejahteraan psikologis yang rendah (low psychological well-being), penyesuaian sosial yang buruk, gangguan psikologis, dan kesehatan yang memburuk (Rigby, dalam Riauskina, Djuwita, dan Soesetio, 2005). Korban bullying juga bisa mengalami penyesuaian sosial yang buruk sehingga ia terlihat seperti membenci lingkungan sosialnya, enggan ke sekolah, selalu merasa kesepian, dan sering membolos sekolah. Apabila kita melihat lebih jauh lagi maka korban bullying juga dapat memancing timbulnya gangguan psikologis rasa cemas berlebihan, selalu merasa takut, depresi, ingin bunuh diri, dan gejala-gejala gangguan stres pasca-trauma (post-traumatic stress disorder).
Bullying ternyata tidak hanya menimbulkan dampak negatif dalam segi psikologis, namun juga dari segi fisik. Riauskina, Djuwita, dan Soesetio (2005) menyebutkan bahwa salah satu dampak dari bullying yang jelas terlihat adalah kesehatan fisik. Beberapa dampak fisik yang biasanya ditimbulkan bullying adalah sakit kepala, sakit tenggorokan, flu, batuk, bibir pecah-pecah, dan sakit dada. Bagi para korban bullying yang mengalami perilaku agresif langsung juga mungkin mengalamin luka-luka pada fisik mereka.
Bullying Menghambat Aktualisasi Diri
Seorang psikolog terkemuka bernama Abraham Maslow menyebutkan bahwa manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Maslow menjelaskan bahwa seseorang baru dapat melakukan aktualisasi diri, yaitu keinginan untuk mewujudkan dan mengembangkan potensi diri, apabila orang tersebut telah merasa bahwa kebutuhan fisiologis (seperti makan dan minum), rasa aman, kebutuhan sosial, dan kebutuhan akan harga diri telah terpenuhi dengan baik.
Seorang siswa yang menjadi korban bullying dapat mengalami kesulitan untuk bersosialisasi dengan lingkungannya, selalu merasa ketakutan dan tidak aman, bahkan merasa bahwa dirinya tidak lagi mempunyai harga diri akibat perilaku bullying yang diterimanya. Memahami teori Maslow maka hal tersebut dapat membuat siswa korban bullying kesulitan untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada di dalam dirinya. Salah satu contohnya adalah sebuah kisah nyata yang penulis dapatkan dari seorang siswa. Ia adalah seorang anak yang mempunyai potensi besar dalam bidang sepakbola sehingga dirinya memutuskan untuk bergabung dalam eskul sepakbola di sekolahnya dengan harapan dapat lebih mengembangkan potensinya. Namun apa yang terjadi? Ternyata sejak bergabung di eskul tersebut, dirinya kerap kali menjadi korban bullying dari kakak-kakak kelas yang juga anggota eskul tersebut. Pada akhirnya, akibat rasa takut dan cemas yang terus menerus oleh perilaku bullying yang diterimanya, membuat dirinya kesulitan untuk mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya. Sayang sekali bukan?. Padahal siswa tersebut sebenarnya dapat membantu sekolahnya untuk mencetak prestasi dalam bidang sepakbola dengan potensi yang dimilikinya namun karena bullying, hal tersebut tidak dapat terwujud.
MOS ASYIK TANPA BULLYING
Membaca pemaparan di atas, tergambarkan secara jelas bahwa tidak ada manfaat apabila seorang siswa melakukan perilaku bullying terhadap siswa lainnya. Selain mengakibatkan dampak negatif terhadap korbannya, seorang perilaku bullying juga dapat dicekal oleh hukum pidana, seperti yang terjadi pada beberapa praja IPDN yang menjadi tersangka dalam kasus kematian Cliff Muntu, Praja IPD asal Manado. Tentu saja penulis yakin tidak ada di antara kita yang mau bernasib demikian. Lalu hal apa yang dapat dilakukan oleh seorang siswa untuk menghapus perilaku bullying di sekolah?. Sebagai siswa, banyak sekali sebenarnya peranan yang dapat diambil untuk dapat berperan aktif dalam menghapus perilaku bullying di sekolah. Salah satu cara yang paling mudah adalah dengan tidak menjadi seorang pelaku. Tingkatkan rasa empati ( kemampuan yang tinggi untuk mengalami dan memahami emosi orang lain ) kita terhadap orang lain. Cobalah untuk merasakan emosi yang mungkindirasakan oleh seseorang yang menjadi korban bullying. Kemudian bayangkan apabila diri kita sendiri yang menjadi korban bullying. Tidak menyenangkan bukan?. Oleh karena itu, apabila kita tidak mau diperlakukan bullying oleh seseorang maka janganlah melakukan bullying terhadap orang lain. Setelah yakin bahwa diri kita tidak akan menjadi seorang pelaku bullying maka peran selanjutnya yang dapat dilakukan adalah menyebarkan informasi mengenai pengertian dan dampak negatif dari bullying kepada orang lain, khususnya sesama siswa sekolah. Hal ini dapat kita lakukan misalnya dengan menjadi penggagas sekaligus pelaksana Masa Orientasi Sekolah dengan tema MOS TANPA BULLYING. Pada kegiatan MOS tanpa Bullying maka tujuan acara benar-benar diarahkan kepada membantu dan membimbing para siswa baru untuk dapat melewati proses adaptasi dengan baik. Acara dapat dikemas dengan berbagai kegaiatan-kegiatan yang mengasyikan, menarik, dan tentu saja bebas dari perilaku bullying. Apabila dirasakan ada kegiatan-kegiatan MOS tahun sebelumnya yang kurang bermanfaat dan menjurus kepada perilaku bullying maka jangan ragu untuk menghilangkannya. Gantilah dengan kegiatan-kegiatan yang lebih bermanfaat dan melibatkan interaksi antara siswa baru dengan siswa lama. Dengan demikian, suatu lingkungan yang menyenangkan dan kondusif untuk belajar akan semakin cepat dan mudah terbentuk. Selalu ingat dalam pikiran masing-masing, bahwa siswa baru adalah adik-adik kita yang membutuhkan bimbingan. Bukan suatu objek yang dapat kita perlakukan semau kita. Apabila hal ini dapat terlaksana maka niscaya semua siswa akan menjadikan lagu Paramitha Rusady sebagai lagu kesayangan karena masa sekolah mereka adalah masa-masa yang paling indah, tanpa bullying.
Sumber:
Hurlock, E.B. (1973). Adolescent Development. Tokyo: McGraw-Hill Kogakusha, LTD. Jackson, S. & Rodriguez-Tome, H. (1993). Adolescence and Its Social Worlds. UK: LEA Ltdingin Publishers.
Papalia, Diane E., Olds, Sally W., & Feldman, Ruth D. (2004). Human Development (9th Ed.). New York: McGraw-Hill, Inc.
Riauskina, I. I., Djuwita, R., dan Soesetio, S. R. (2005). ”Gencet-gencetan” di mata siswa/siswi kelas 1 SMA: Naskah kognitif tentang arti, skenario, dan dampak ”gencet-gencetan”. Jurnal Psikologi Sosial, 12 (01), 1 – 13
5 comments:
ver, gua bisa nyanyi lagu itu..
hwakakakaakak..
eniwei, brati yg dulu lo pada (incld gua ga sih? hehehe) lakuin itu bullying ya?
maaf ya.. aku dah beberapa kali ngunjungi blog.mu tapi baru ucap terimakasih
makasih tuk artikelnya.
bagus!!
terima kasih kembali,,senang bisa memberikan manfaat orang lain,,dtunggu saran dan kritik nya..
Sadar atau tidak sadar dalam setiap diri manusia mempunyai potensi untuk melakukan Bullying (dengan berbagai macam bentuk). Tapi dalam beberapa kasus, bullying dapat juga menjadi sebuah proses dalam memperkuat mental seseorang.
(Komentar oleh salah seorang Mahasiswa Program Pasca Sarjana Psikologi pada Salah Satu Universitas Swasta Terkenal di Jakarta)
kaka, thggs uda kasii ssaya materi bwt karya tulis ak lwt artikel ini. thggs smoooch :)
Post a Comment