Sunday, June 8, 2008
VJ#33/VI/2008 : Gangguan Identitas Gender
Beberapa waktu belakangan yang lalu, saya sempat berdiskusi dengan beberapa teman dengan tema "seorang pria yang hidup di raga yang salah". Diskusi ini berawal dari perbincangan mengenai salah satu tugas kuliah seorang teman yang "kebetulan" mengangkat topik homoseksual.
Dari topik tersebut, perbincangan berkembang menjadi pembahasan yang telah disebutkan di atas. Maksud dari ungkapan yang diberikan tanda petik tentu tidak perlu lagi saya jelaskan. Tentu kita seringkali melihat (apalagi di jaman sekarang) bahwa ada orang-orang yang dilahirkan sebagai pria, ditandai dengan alat kelamin dan hormon2 yang mengikutinya, namun bertingkah laku dan bersifat layaknya seorang perempuan. Hal tersebut dapat dilihat hal2 yang kasat mata sampai yang tidak, misal dari cara berpakaian, cara berbicara, teman2 sepermainan, atau orientasi seksual.
Bagi sebagian dari kita (apalagi di budaya timur) fenomena demikian masih dianggap sebagai hal yang aneh, anomali, devian, atau apapun istilah yang menerangkan kata "tidak wajar". Memang sah-sah saja apabila orang menganggap demikian. Akan tetapi, satu hal yang perlu kita ingat, bahwasanya kita tidak bisa (atau tidak boleh) lalu semena-mena menyalahkan orang-orang tersebut, karena pada dasarnya mereka juga mungkin tidak mau menjadi seperti mereka saat ini.
Cobalah berempati terhadap mereka. Bayangkan bahwa anda adalah seorang perempuan, menyukai segala hal yang berhubungan dengan kecantikan, kebersihan atau kelembutan, senang sekali untuk berbelanja, ingin selalu bergosip dengan teman2 "gank" anda,serta menyukai barang-barang yang lucu, terutama tas dan sepatu.
Namun, Saat anda terbangun di pagi hari (setiap hari), saat menuju kamar mandi lalu melepaskan segala pakaian yang melekat di tubuh anda, anda dengan mudah menemukan sebuah penis tergantung di selangkangan anda, kumis yang tumbuh dengan kasar karena belum dicukur, jakun di leher anda, dan bulu dada yang tumbuh dengan cukup lebat.
Apa yang anda rasakan??
Apa yang sebenarnya terjadi?
Gangguan Identitas Gender
Identitas gender, atau kesadaran terhadap diri sendiri sebagai laki-laki atau perempuan, telah tertanam sejak dini. Mayoritas orang tetap mengetahui dengan pasti akan gendernya pada situasi apapun. Identitas gender berbeda dengan orientasi seksual, yaitu preferensi kita dalam memilih partner seks. Misalnya, seorang laki-laki dapat tertarik pada laki-laki lain (orietasi seksual) tanpa meyakini bahwa dirinya adalah perempuan (identitas gender).
I. Karakteristik
Orang dengan gangguan identitas gender, atau biasa disebut transeksual, merasa bahwa dirinya adalah anggota jenis kelamin yang berlawanan. Orang dengan gangguan identitas gender tidak menyukai pakaian ataupun aktivitas yang biasa dilakukan orang dengan jenis kelaminnya, dan sering memilih untuk melakukan cross-dressing. Transeksual pada umunya mengalami kecemasan atau depresi, yang kemungkinan berkaitan dengan perlakuan negatif yang didapat dari masyarakat.
Gangguan identitas gender biasanya dimulai pada masa kanak-kanak, dan dapat terdeteksi oleh orang tua sejak usia 2 hingga 4 tahun (Green & Blanchard, 1995). Gangguan identitas gender lebih banyak terjadi pada laki-laki, dengan perbandingan 6:1 (Zucker, Bradley, & Sanikhani, 1997).
II. Penyebab
Saat ini, masih belum terdapat pertanyaan mengenai penyebab munculnya gangguan identitas gender: nature atau nurture? Walaupun terdapat beberapa data tentatif bahwa gangguan tersebut disebabkan oleh faktor biologis, yaitu hormon, namun data yang tersedia tidak dapat mengatribusikan munculnya transeksualisme hanya kepada hormon (Carroll, 2000). Faktor biologis lain, seperti kelainan kromosom dan struktur otak, juga tidak dapat memberikan penjelasan yang konklusif.
Faktor lain yang dianggap dapat menyebabkan munculnya gangguan identitas seksual adalah faktor sosial dan psikologis. Lingkungan rumah yang memberi reinforcement kepada anak yang melakukan cross-dressing, misalnya, kemungkinan erkontribusi besar terhadap konflik antara anatomi sex anak dan identitas gender yang diperolehnya (Green, 1974, 1997; Zuckerman & Green, 1993). Walaupun demikian, faktor sosial tidak dapat menjelaskan mengapa seorang laki-laki yang dibesarkan sebagai perempuan, bahkan dengan organ seks perempuan, tetap tidak memiliki identitas gender perempuan dan akhirnya memilih untuk hidup sebagai laki-laki.
III. Terapi
Body Alterations
Pada terapi jenis ini, usaha yang dilakukan adalah mengubah tubuh seseorang agar sesuai dengan identitas gendernya. Untuk melakukan body alterations, seseorang terlebih dahulu diharuskan untukmengikuti psikoterapi selama 6 hingga 12 bulan, serta menjalani hidup dengan gender yang diinginkan (Harry Benjamin International Gender Dysphoria Association, 1998). Perubahan yang dilakukan antara lain bedah kosmetik, elektrolisis untuk membuang rambut di wajah, serta pengonsumsian hormon perempuan. Sebagian transeksual bertindak lebih jauh dengan melakukan operasi perubahan kelamin.
Keuntungan operasi perubaha mengn kelamin telah banyak diperdebatkan selama bertahun-tahun. Di satu sisi, hasil penelitian menyatakan bahwa tidak ada keuntungan sosial yang bisa didapatkan dari operasi tersebut. Namun penelitian lain menyatakan bahwa pada umumnya transeksual tidak menyesal telah menjalani operasi, serta mendapat keuntungan lain seperti kepuasan seksual yan lebih tinggi.
Pengubahan Identitas Gender
Walaupun sebagian besar transeksual memilih melakukan body alterations sebagai terapi, ada kalanya transeksual memilih untuk melakukan pengubahan identitas gender, agar sesuai dengan tubuhnya. Pada awalnya, identitas gender dianggp mengakar terlalu dalam untuk dapat diubah. Namun dalam beberapa kasus, pengubahan identitas gender melalui behavior therapy dilaporkan sukses. Orang-orang yang sukses melakukan pengubahan gender kemungkinan berbeda dengan transeksual lain, karena mereka memilih untuk mengikuti program terapi pengubahan identitas gender.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
10 comments:
Terima Kasih atas infonya.
Sangat berguna untuk saya.
"Orang dengan gangguan identitas gender, atau biasa disebut transeksual, merasa bahwa dirinya adalah anggota jenis kelamin yang berlawanan."
umm..
mas, saya mau tanya: bukankah mereka2 yang termasuk dalam LGBT sudah dihapus dalam PPDGJ III?
transeksual = transgender atau tidak mas?
saat ini saya sedang menyelesaikan tugas akhir yang berkaitan dengan waria, jadi saya sangat membutuhkan banyak informasi yang terkait dengan transeksual.
terima kasih
.raya.
raya terima kasih atas pertanyaannya..karena saya tidak mendalami mengenai transseksual maka saya khawatir akan memberikan info yang salah..namun kalau raya mau saya bisa me refer kepada teman saya yang kebetulan baru saja menyelesaikan sarjana strata satu dengan skripsi mengenai transseksual untuk berdiskusi..kalo raya bersedia silakan tinggalkan contact pribadi (email/no hp) ke email saya di aryaverdi@yahoo.com...wassalam.
makasih banyak ya mas arya...
smua yang ada di blog ini membantu banget... aku jadi makin tertarik tuk belajar apa aja tentang psikologi.. maklum aku baru semester 3, jadi masih belum tau lebih. Smangat ya... bikin new postingnya. pokoknya thanj a lot daahhh....
makasih banyak ya mas arya...
smua yang ada di blog ini membantu banget... aku jadi makin tertarik tuk belajar apa aja tentang psikologi.. maklum aku baru semester 3, jadi masih belum tau lebih. Smangat ya... bikin new postingnya. pokoknya thanj a lot daahhh....
makasih ya mas arya... infonya berguna banget... Aku jadi pengen tau lebih banyak tentang psikologi
Kepuasan Seks ?
JIka laki berubah jadi perempuan apakah tiba-tiba ia punya alat kelamin perempuan karena operasi atau lewat anus?
Yang perempuan jadi laki bagaimana? Bisa punya alat kelamin pria?
Tolong di jawab ya, tq.
saya sedang riset mengenai hal ini, penting. TQ
Terimakasih banyak mas...ini sangat membantu untuk kelas antropologi gender saya...
saya mau tanya,kebetulan saya mau nyusun skripsi berdasarkan gangguan identitas gender.. saya punya kasus dimana teman saya (pria) suka berhubungan dengan sesama pria (bisa sampai pacaran) tp hanya lewat dunia maya (chat,dll) dan lewat telepon dengan mengaku2 bahwa dirinya adalah seorang wanita. dia sangat mempelajari semua hal tentang wanita yg diakui adalah dirinya kepada banyak pria agar dapat menjalin suatu hubungan dengan pria lain. tentu saja byk pria tertipu karena pd dasarnya wanita itu memang ada tp yg berhubungan dengan mereka bukanlah si wanita aslinya melainkan teman pria saya yg menyamar menjadi wanita tersebut. menurut mas verdi kasus itu termasuk GIG atau bukan? atau mas verdi pernah mendapat cerita kasus yg serupa?
mas verdi, saya mau tanya. saya punya kasus yg saya pikir adalah GIG. saya punya teman pria, sebut saja R,dia senang berhubungan dengan pria lain (pacaran,dll, bahkan smpai phone seks) lewat dunia maya atau lewat telepon dengan mengatakan dirinya adalah seorang wanita. si R ini mencari objek wanita yg memang ada di dunia nyata utk dia pelajari betul segala tentang si wanita tersebut. R melakukannya utk dapat lebih meyakinkan pria2 yg berhubungan dengannya. apakah hal tsb bs dikatakan GIG. karena salah satu ciri2 GIG yaitu berfantasi menjadi lawan jenis ada pada si R. mohon balasannya.
Post a Comment