Tuesday, April 8, 2008

VJ#24/IV/2008 : More about Victor Frankl

Victor Frankl adalah seorang dokter ahli penyakit saraf dan jiwa (neuro-psikiater) keturunan Yahudi yang menemukan serta mengembangkan logoterapi. Logoterapi berasal dari kata Yunani yang “logos” berarti makna (meaning) dan juga rohani (spirituality), sedangkan ”terapi” adalah penyembuhan atau pengobatan. Frankl merumuskan logoterapi dengan beberapa asumsi dasar yang saling berhubungan, yaitu :



  1. Kebebasan berkehendak (freedom of will), artinya manusia memiliki kebebasan, namun tidaklah mutlak. Kebebasan ini bukanlah “kebebasan dari” melainkan “kebebasan untuk” menentukan sikap terhadap kondisi mereka.


  2. Kehendak hidup bermakna (will to meaning), artinya dengan kebebasan yang ada padanya, manusia termotivasi untuk bekerja dan berkarya serta melakukan kegiatan penting lainnya dengan tujuan agar hidupnya menjadi berharga dan dapat dihayati secara bermakna.


  3. Makna hidup (meaning of life), artinya makna hidup merupakan sesuatu yang dianggap penting, benar, dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang. Upaya manusia untuk mencari makna hidup merupakan motivator utama dalam hidupnya.


Dalam pandangan logoterapi, makna hidup memiliki dua tingkatan, yaitu makna hidup paripurna (the ultimate meaning) dan makna hidup pribadi (the meaning of the moment). Makna hidup paripurna merupakan makna hidup yang sifatnya mutlak dan universal dan dapat dijadikan sebagai landasan dan sumber makna hidup, seperti nilai-nilai keagamaan dan ketuhanan. Sumber makna hidup paripurna inilah yang seharusnya mendasari makna hidup pribadi seseorang.)

Asas-Asas Logoterapi
Logoterapi mengemukakan asas-asas yang telah teruji kebenarannya oleh penemunya sendiri, Frankl. Ada tiga asas utama logoterapi, yaitu :



  1. Hidup itu tetap memiliki makna (arti) dalam setiap situasi, bahkan dalam penderitaan dan kepedihan sekalipun. Makna adalah sesuatu yang dirasakan penting, benar, berharga, dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang dan layak dijadikan tujuan hidup.

  2. Setiap manusia memiliki kebebasan- yang hampir tak terbatas- untuk menemukan sendiri makna hidupnya. Makna hidup dan sumber-sumbernya dapat ditemukan dalam kehidupan itu sendiri, khususnya pekerjaan dan karya bakti yang dilakukan, serta dalam keyakinan terhadap harapan dan kebenaran serta penghayatan atas keindahan, iman, dan cinta kasih.

  3. Setiap manusia memiliki kemampuan untuk mengambil sikap terhadap penderitaan dan peristiwa tragis yang tidak dapat dielakkan lagi yang menimpa diri sendiri dan lingkungan sekitar, setelah upaya mengatasinya telah dilakukan secara optimal tetap tak berhasil.

Sumber-Sumber Makna Hidup
Dalam kehidupan ini terdapat tiga bidang kegiatan yang secara potensial mengandung nilai-nilai yang memungkinkan seseorang menemukan makna hidup di dalamnya apabila nilai-nilai itu diterapkan dan dipenuhi. Ketiga nilai tersebut adalah :



  • Creative Values (nilai-nilai kreatif)
    Nilai-nilai ini tercerminkan dari kegiatan berkarya, bekerja, mencipta serta melaksanakan tugas dan kewajiban sebaik-baiknya dengan penuh tanggung jawab. Melalui karya dan kerja kita dapat menemukan arti hidup dan menghayati kehidupan secara bermakna. Perlu dijelaskan bahwa bekerja dan berkarya tersebut hanya merupakan sarana, namun untuk menemukan dan mengembangkan makna hidup tersebut tergantung pada pribadi yang bersangkutan dalam hal ini sikap positif dan mencintai pekerjaan itu.

  • Experiential Values (nilai-nilai penghayatan)
    Nilai-nilai ini tercermin dari keyakinan dan penghayatan akan nilai-nilai kebenaran, kebajikan, keindahan, keimanan, dan keagamaan, serta cinta kasih. Menghayati dan meyakini suatu nilai dapat menjadikan seseorang berarti hidupnya.

  • Attitudinal Values (nilai-nilai bersikap)
    Nilai-nilai ini tercermin dari menerima dengan penuh ketabahan, kesabaran, dan keberanian segala bentuk penderitaan yang tidak mungkin dielakkan lagi, seperti sakit yang tidak dapat disembuhkan, kematian, dan menjelang kematian, setelah segala upaya ikhtiar dilakukan secara maksimal. Perlu dijelaskan bahwa dalam hal ini yang diubah bukan keadaannya, melainkan sikap (attitude) yang diambil dalam menghadapi keadaan itu.

Selain tiga hal di atas, ada pula sumber-sumber hidup bermakna lain, yaitu :



  • Self Preoccupation (sibuk dengan diri sendiri), makna hidup dapat diperoleh dengan jaminan keuangan sehingga kebutuhan dasarnya dapat terpenuhi.

  • Individualism, makna hidup diperoleh melalui prestasi, aktivitas, dan waktu luang

  • Collectivism, makna hidup dapat diperoleh melalui tradisi kebudayaan dan norma-norma sosial.

  • Self Transcendence, makna hidup dapat diperoleh dengan menghayati nilai-nilai ide-ide, aktivitas keagamaan, dan menolong sesama.

No comments: