Monday, February 25, 2008

VJ#22/II/2008 : Epilepsi dan Pengaruhnya Terhadap Kepribadian

Di dunia ini, kasus epilepsi cukup sering dijumpai. Dalam bukunya Epilepsi, Prof. Dr. dr. S.M. Lumbantobing, seorang pakar saraf negeri ini menyebutkan, prevalensi epilepsi di seluruh dunia mencapai 5-20 orang per 1000 penduduk. Sayangnya belum ada penelitian tentang berapa tepatnya prevalensi epilepsi di Indonesia. Namun diperkirakan berkisar antara 0,5-1,2%. Jadi dengan jumlah penduduk 210 juta jiwa, populasi penderita epilepsi mencapai 2.100.000 orang Epilepsi dihubungkan dengan kejadian seseorang tidak sadarkan diri, terjatuh, tubuh tegang, lalu disusul dengan gerakan-gerakan kejang tanpa terkendali di seluruh tubuh. Secara definisi epilepsi adalah suatu keadaan dimana penyandangnya akan mengalami suatu serangan yang tiba-tiba dan berulang-ulang, yang terjadi karena adanya gangguan atau ketidaknormalan aliran (lepas muatan) listrik di otak dengan manisfestasi yang bermacam-macam. Seseorang baru dapat dikatakan sebagai penyandang epilepsi apabila seseorang tersebut telah mengalami lebih dari satu kali serangan yang muncul karena gangguan otaknya. Gangguan, atau ketidaknormalan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Beberapa faktor tersebut adalah trauma lahir dan atau cedera lahir, penyakit karena infeksi, cedera kepala, dan lain-lain. Khusus mengenai cedera kepala atau stroke dapat mengakibatkan terjadinya epilepsi karena ketika otak berusaha memperbaiki sendiri kerusakan yang terjadi justru meyebabkan koneksi saraf yang abnormal hingga mengganggu aktivitas neuron. Selain penyebab utama di atas, ada pula yang menjadi penyebab sampingan yang dapat memicu terjadinya penyebab utama, misalnya kondisi psikologis seperti stress. Faktor psikologis berperan besar dalam timbulnya serangan epilepsi. Krisis emosional yang dialami oleh individu dapat memicu datangnya serangan.

Epilepsi dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk serangan, yaitu serangan mayor dan serangan minor. Pada serangan mayor keabnormalan meliputi seluruh bagian otak. Beberapa epilepsy yang termasuk dalam serangan mayor adalah grand mal dan petit mal. Mengenai grand mal, sesuai dengan namanya, serangan ini dimulai dengan fase tonik, kemudian diikuti dengan fase klonik. Pada fase tonik, penyandang biasanya kehilangan kesadarang dengan tiba-tiba, lalu akan langsung terjatuh tanpa dapat meliindungi dirinya. Hal ini memungkinkan penyandang mendapatkan luka atau cedera yang serius. Seketika saat ia jatuh, otot-ototnya menegang yang juga berakibat pada tertahannya pernafasan sehingga mukanya tampak memucat. Setelah serangan tonik ini kemudian muncul serangan klonik. Pada fase ini terjadi pelemasan otot-otot bagian tubuh. Setelah itu, nafas mulai berangsur kembali dan timbul hentakan pada kaki dan tangan yang akan segera berakhir. Setelah itu, gerakan motorik akan menghilang, dan kemudian kesadaran akan berangsur kembali. Sedangkan pada petit mal, serangan ini ditandai dengan hilangnya kesdaran dan kemampuan untuk berespon. Penyandang akan tampak bengong atau melamun. Mata menerawang dan aktifitasnya terhenti. Serangan ini dapat diikuti oleh gerakan motorik, seperti menggerak-gerakkan kaki, memutar-mutar pensil dengan tangan tanpa sebab yang jelas, maupun tidak adanya gerakan motorik yang mengikuti.

Ada beberapa masalah umum dan dampak yang dihadapi oleh penyandang epilepsi. Dampak yang dapat didapat oleh penyandang epilepsi salah satunya berhubungan dengan tingkat IQ. Ditemukan bahwa tingkat IQ pada penderita epilepsi secara umum berada di bawah tingkat rata-rata. Bagi seorang anak, kemunculan penyakit epilepsi pada usia dini (awal) dapat menyebabkan kesulitan saat bersekolah, dan juga nilai yang rendah pada IQ verbal. Hal ini dapat disebabkan oleh kerusakan otak. Mengenai masalah yang dihadapi penyandang epilepsi meliputi masalah hubungan interpersonal, masalah di dalam pekerjaan dan keuangan, dan masalah perawatan medis. Pada masalah hubungan interpersonal pada penyandang dengan adanya penyakit epilepsi maka dampak yang akan ditimbulkannya adalah menurunnya kepercayaan diri individu dalam lingkungan sosial dan naiknya kesulitan-kesulitan perilaku, khususnya dalam menjalin hubungan. Selain itu, resiko akibat kejang yang dialami penderita epilepsi membatasi kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Misalnya saat menyetir kendaraan. Saat kejang penderita dapat kehilangan kesadaran yang akan membahayakan jika melakukan aktivitas tertentu. Dampak lain epilepsi adalah terhadap psikologis penderitanya. Jika serangan terjadi di muka umum, penderita mungkin akan mengalami rasa malu atau rendah diri yang juga berefek pada pada teman dan keluarganya. Selain masalah kepercayaan diri, masalah perilaku agresif juga menjadi masalah dalam menjalin hubungan interpersonal. Kesulitan lain dalam hubungan interpersonal yang menjadi masalah antara lain karena cemas dalam situasi sosial, ketidakpercayaan dengan orang lain, dan terutama karena kekhasan dalam arti perilakunya yang terlihat dalam berhubungan dengan orang lain. Selain itu, epilepsi memang dapat juga terkait atau menyebabkan perubahan emosi yang kompleks yang dapat mengubah perilaku dan kepribadian, menjadi sulit mengendalikan emosi, mudah tersinggung, kehilangan kepekaan terhadap lingkungan, menjadi egosentris atau menarik diri dari lingkungan.

Dalam masalah pekerjaan dan keuangan, pada umumnya, masalah yang datang bertolak pada serangan kejang yang sering menimpa ketika mereka menjalankan pekerjaan. Sehingga karena alasan serangan inilah maka mereka sulit dalam diterima bekerja yang berujung pada kondisi keuangan yang tidak mencukupi. Sedangkan pada masalah perawatan medis, masalah ini timbul karena belum banyaknya tenaga ahli yang memiliki kemampuan yang sesuai untuk menangani masalah epilepsi, sehingga sulit bagi penyandang untuk menemukan tenaga ahli yang sesuai. Obat-obatan yang digunakan untuk menunda atau mengurangi datangnya serangan juga tidak murah, sehingga menyulitkan sebagian penyandang epilepsi.

Epilepsi di masa dewasa muda, terkait dengan masalah-masalah penyesuaian diri, penerimaan diri, dan coping terhadap bagaimana individu menghadapi keadaan dirinya. Selain itu, yang menjadi tantangan besar bagi penyandang epilepsi di masa dewasa muda ini adalah bagaimana ia terlibat dalam suatu komunitas masyarakat. Bagi penyandang epilepsi, perawatan yang dapat dilakukan disamping secara medis berupa pengobatan juga melalui sisi psikologis. Bantuan psikologis dapat diberikan berupa perhatian dan pemenuhan kebutuhan penyandang. Berbagai bantuan ini disebut dukungan sosial terhadap penyandang epilepsi. Dukungan sosial dapat berpengaruh besar dalam mengatasi masalah bagi individu penyandang epilepsi.

12 comments:

Anonymous said...

Saya ingin bertanya lebih lanjut tentang pekerjaan bagi penderita epilepsi. Untuk di Indonesia seperi yang kita tahu, mencari pekerjaan sangatlah sulit, meliputi beberapa tahap, di mana salah satu tahapnya yaitu tes kesehatan (tes ini biasanya ditempatkan sebagai tes terakhir).Tentu kasihan sekali klo mereka gagal di tes kesehatan, padahal dari segi lainnya mereka mampu. Pertanyaan saya, pekerjaan apa yang cocok bagi penderita yang tinggal di Indonesia?
Kebetulan saya mengenal seseorang yang menderita epilepsi, dia sangat cerdas dan percaya diri. Dia lulusan universitas terbaik di Indonesia, dengan hasil yang cemerlang..teryata anggapan IQ yang di bawah rata2 tidak selalu benar yaa..

Anonymous said...

salammm verdi...bukankah artikel ini di copycats dari artikel seorang pakar neuron? Saya ada surf beberapa hari yang lalu. Artikel ini bukan originalkan?

Arya Verdi Ramadhani, M.Psi, Psikolog said...

versi menjawab : bukankah artikel ini di copycats dari artikel seorang pakar neuron? Saya ada surf beberapa hari yang lalu. Artikel ini bukan originalkan? --> halo, salam kenal juga...trima kasi atas sikap kritis nya..bener mas/mbak ini bukan tulisan original anda..bbrp hal saya kutip utk artikel ini...mayoritas tulisan di jurnal saya adalah kumpulan tugas selama menjadi mahasiswa psikologi yang saya edit...tujuan saya utk share dan membantu memperkenalkan ilmu psikologi kepada khayalak ramai..smua referensi saya cantumkan di makalah2 saya...namun utk di verdi's journal saya suka teledor tidak memasukkan..makanya di bbrp tulisan ada yg ada referensi ada yg tidak...trima kasih atas masukannya mas/mbak..Insyaallah ke depan saya akan cantumkan semua referensi..wassalam :)

Anonymous said...

salam verdi.... ckup antusias dgn tulisan2 anda... saya mahasiswa akper,,,saya kgum dgn psikologi... namun hingga skr te2p blum bisa mengikuti...huh...

Anonymous said...

saya penderita epilepsi.. tp bukan dari lahir. waktu bayi pernah kena step kata dokter seh ngaruh bikin saya punya bibit epilepsi di masa dewasa.
sukur deh sampe sekarang penyakit ini ga terlalu ganggu. soalnya kambuh nya malem pas saya tidur. pernah sih kambuh siang waktu saya kerja... orang2 ngira in saya kerasukan setan, hehehe...
btw, IQ saya sih ga di bawah rata2 (paling ga sekarang, moga2 seterusnya begitu..). N waktu cari kerja saya ga nyebutin penyakit saya (daripada....)
kalo krg percaya diri ada lah sedikit banyak mah.. (i will never be the same pasti nya) tapi ya pasrah, mau gimana lagi. Life must go on kan..
Kalo ada komunitas epilepsi, info ke saya dong... saya tertarik untuk cari teman senasib buat curhat nehh. Mungkin saya harus buat blog juga kali ya
Tx buat dimuatnya comment ini. semoga bermanfaat... Yang jelas jd penderita epilepsi ga selalu dunia berenti kok. Kalo ga bisa cari kerja, mungkin saatnya untuk jadi pengusaha aj.. ya kan

Anonymous said...

terima kasih, saya sangat terbantu dengan artikel ini. saya mahasiswa jurusan rehabilitasi sosial yang sedang menangani klien dengan epilepsi. artikel ini menjadi salah satu referensi saya. good luck...

Anonymous said...

Saya juga penderita bagaiman kalau buat fb khusus tanpa harus disebarluaskan kecuali di web ini thanks buat artikelnya saya sangat terbantu

Anonymous said...

9 tahun saya positif epilepsi saya sangat terbantu dengan artikel ini dan saya merasa akan lebih baik bila ada komunitas bagaimana bila kita membuat fb pribadi untuk share thanks

Anonymous said...

mengapa tidak:)

Vio PerSOnal Blog said...

sdh lbh dr 10 th sy mndrt epilepsi..mmg bnr byk sekali hmbtn bgi pndrta epilepsi di negara qt utk bekerja dan hdp normal. hal itu krn pandngn masyarakat thd penyakit ini msh menganggap aneh dan jrg..bhkn bila kmbuh dianggapny spt kemasukan..dan org2 tdk tahu pertolongan pertama pd penderita epilepsi.pdhal sy berada dilingkungan org2 yg mengerti kesehatan..sosialisasi yg msh krg ttg penyakit ini di masyarakat sptny mnjd penyebabnya. sy menantikan skli pembentukan komunitas penderita epilepsi...bersama-sama qta mensosialisasikan, agar penderita epilepsi tdk dianggap aneh di masyarakat

Anonymous said...

Terimakasih Mr.Verdi krn sdh memuat artikel ini pd blognya...
Saya Prima, sy dl prnah(kt klwgr sy) ngalamin step bbrp kali wkt balita, krn pns tinggi. Sykurnya skrg dh ga prnh ngalamin tu lg skalipn pns bdn ampe 49 drjt.
Apa mungkn tu brpengaruh ma kmampuan otak sy? Krn stlh 2 kali tes IQ trnyata IQ sy superior. Tp sbrpa krspun ush sy dlm bljr, hslnya sdikit d atas nilai rata2 kls.
Lalu apakah kmampuan otak sy msh bs d optimalkan?Bgmn crnya?

Anonymous said...

Terima Kasih Mr. Verdy atas artikelnya,

Adik saya baru saja mengalami kecelekaan sebulan lebih yg lalu, saat kecelakaan memang dia menagalami benturan di kepala dan bengkak di bagian leher serta rontok 3 gigi atas, saat itu kami lgsung tes citi scan dan hasilnya normal, dan malam itu jg kami lgsung bawa plg krumah, 2 hr kemudian dia mengalami kejang kami2 kira itu karna dia kelebihan minum obat karna yg seharusnya 2 macam obat dia minum 3, selang sebulan dia kambuh lagi saat tidur tanpa sadar apa yang baru saja tejadi. kami sekeluarga paniknya minta ampun sampai banyak tetangga yg berdatangan, sampai saat ini dia sudah mengalami kejang sebanyak 5 kali. dengan frekuensi semakin sering dan kami msh menunggu hasil tes EEG. apa itu termasuk gejala epilepsi? kalau memang iya apakah bisa di sembuhkan 100%? sekarang sudah banyak org dsekeliling kami yang tau, bagaimana kami meningkatkan kepercayaan dirinya, pada dasarnya dia anak remaja yg sangat aktif dan percaya diri. Terima Kasih